Wellcome To Seni & Budaya

What time

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 29 Juli 2011

Adat dan Budaya-Legenda Kota Surabaya

Cerita Rakyat Jawa Timur 

Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas, dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah. Akhimya mereka mengadakan kesepakatan.

“Aku bosan terus-menerus berkelahi, Buaya,” kata ikan Sura. “Aku juga, Sura. Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?” tanya Buaya. Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rertcana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Buaya segera menerangkan.

“Untuk mencegah perkelahian di antara kita, sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnyadi dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air, sedangkan kamu berkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan. Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut!”

“Baik aku setujui gagasanmu itu!” kata Buaya.

Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada perkelahian lagi antara Sura dan Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.

Tetapi pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memarig tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.

“Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya.

Ikan Hiu Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja. “Aku melanggar kesepakatan?

Bukankah sungai ini berair. Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini ‘kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku,” kata Ikan Hiu Sura.

“Apa? Sungai itu ‘kari tempatnya di darat, sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaanku!” Buaya ngotot.

“Tidak bisa. Aku “kan tidak pernah bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai,” jawab Ikan Hiu Sura.

“Kau sengaja mencari gara-gara, Sura?”

“Tidak! Kukira alasanku cukup kuat dan aku memang di pihak yang benar!” kata Sura.

“Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!” kata Buaya mulai marah.

“Aku tak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!” Sura tetap tak mau kalah.

“Kalau begitu kamu memang bermaksud membohongiku ? Dengan demikian perjanjian kita batal! Siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!” kata Buaya.

“Berkelahi lagi, siapa takuuut!” tantang Sura dengan pongahnya.

Pertarungan sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.

Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok ke kiri. Sementara ikan Sura juga tergigiut ekornya hingga hampir putus lalu ikan Sura kembali ke lautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.

Pertarungan antara Ikan Hiu yang bernama Sura dengan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Madya Surabaya yaitu gambar ikan sura dan buaya.

Namun ada juga yang berpendapat Surabaya berasal dari Kata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya atau selamat Baya berarti bahaya, jadi Surabaya berarti selamat menghadapi bahaya. Bahaya yang dimaksud adalah serangah tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa.Seharusnya yang dihukum adalah Kertanegara, karena Kertanegara sudah tewas terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar. Setelah mengalahkan Jayakatwang orang-orang Tar-Tar merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa ke Tiongkok. Raden Wijaya tidak terima diperlakukan sepereti ini. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-Tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ke Tiongkok.

Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.

Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus bergolak. Tanggal 10 Nopmber 1945 adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan Inggris dan Belanda.

Di jaman sekarang, pertarungan memperebutkan wilayah air dan darat terus berlanjut. Di kala musim penghujan tiba kadangkala banjir menguasai kota Surabaya. Di musim kemarau kadangkala tenpat-tempat genangan air menjadi daratan kering. Itulah Surabaya. Sumber referensi baca disini
Read More......

Rabu, 27 Juli 2011

Adat dan Budaya

Upacara Adat Keduk Bedji di Ngawi 

Upacara Keduk Bedji ini, merupakan salah satu cara untuk melestarikan adat budaya penduduk Desa Tawun sejak jaman dulu, tujuan utamanya adalah mengeduk atau membersihkan Sumber Beji dari kotoran. Karena di sumber inilah letak kehidupan penduduk Tawun. Menurut salah satu warga, inti dari ritual ini, terletak pada penyelaman (mengambil air langsung ke dalam sumber) atau penyimpanan kendi di pusat sumber air Bedji. Pusat sumber tersebut terdapat di dalam gua yang terdapat di dalam sumber.“Setiap tahunnya, kendi di dalam sumber diganti melalui upacara ini. Hal ini dimaksudkan, agar sumber air Bedji tetap bersih,” ujarnya.

Ritual ini berawal dari (legenda) warisan Eyang Ludro Joyo yang dulu pernah bertapa di Sumber Beji untuk mencari ketenangan dan kesejahteraan hidup. Setelah bertapa lama, tepat di hari Selasa Kliwon, jasad Eyang Ludro Joyo dipercaya hilang dan timbulah air sumber ini. 

Jalannya Prosesi ritual diawali dengan pengedukkan atau pembersihan kotoran di dalam sumber Bedji. Seluruh pemuda desa terjun ke air sumber untuk mengambil sampah dan daun-daun yang mengotori kolam dalam setahun terakhir. Dalam proses ini, diwarnai mandi lumpur oleh para pemuda yang terjun ke air. “Mandi lumpur ini dipercaya warga desa setempat untuk membersihkan badan kita. 

Selain itu, mandi lumpur dipercaya dapat awet muda dan sehat,” kata seorang warga yang diyakini masih keturunan dari Eyang Ludro Joyo ini. Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan penyilepan kendi ke dalam pusat sumber. Setelah itu, penyiraman air legen ke dalam sumber Bedji dan penyeberangan sesaji dari arah timur ke barat sumber. 

Sesaji tersebut berisi makanan khas Jawa seperti, jadah, jenang, rengginang, lempeng, tempe, yang ditambah buah pisang, kelapa, bunga, dan telur ayam kampung. Selama penyeberangan sesaji, para pemuda yang berada di sekitar sumber Beji berjoged dan melakukan ritual saling gepuk (pukul) dengan diringi gending Jawa. 

Ritual ditutup dengan makan bersama Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon yang telah disediakan bagi warga untuk “ngalub” (meraih) berkah. Warga saling berebut makanan yang dipercaya bisa mendatangkan berkah bagi kehidupannya kelak.(petruk,reza,rio) 

Dicuplik dari Sumber : Lihat disini 

Read More......

Senin, 25 Juli 2011

Wayang Kulit

Petruk dan Gareng

Petruk Gareng/ Gopries82 Galery
Punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Mereka melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk.

Gareng adalah anak Semar yang berarti pujaan atau didapatkan dengan memuja. Nalagareng adalah seorang yang tak pandai bicara, apa yang dikatakannya kadang- kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan menggelikan. Ia pernah menjadi raja di Paranggumiwang dan bernama Pandubergola. Ia diangkat sebagi raja atas nama Dewi Sumbadra. Ia sangat sakti dan hanya bisa dikalahkan oleh Petruk.

Petruk anak Semar yang bermuka manis dengan senyuman yang menarik hati, panda berbicara, dan juga sangat lucu. Ia suka menyindir ketidakbenaran dengan lawakan-lawakannya. Petruk pernah menjadi raja di negeri Ngrancang Kencana dan bernama Helgeduelbek. Dikisahkan ia melarikan ajimat Kalimasada. Tak ada yang dapat mengalahkannya selain Gareng.

Sumber: http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Wayang/contents/punakawan.htm

                                                                                                                                            Petruk Gareng / Goprie82 Galery

Read More......

Minggu, 10 Juli 2011

Gandhi dan rumah perdamaian

Gandhi dan rumah perdamaian
Oleh : Lorraine Kearney

(Foto: Kota Johannesburg )
Rumah di Afrika Selatan di mana Gandhi mengembangkan konsep satyagraha abad yang lalu sedang dipulihkan, diperluas dan berubah menjadi B & B yang unik - surga damai di pinggiran kota Johannesburg sibuk.

Terselip di sudut yang keramaian antara Louis Botha Avenue dan Ivy Road di pinggiran Joburg dari Orchards, rumah keluarga sedang berubah menjadi saku kecil perdamaian.

Setelah pulang ke Mahatma Gandhi, The Kraal, di Jalan Pine, dibeli oleh du Monde Voyageurs, sebuah perusahaan perjalanan Perancis, pada bulan September 2009, dan sekarang milik anak perusahaan, Satyagraha Guest House.

Pemilik baru bermaksud memutar Satyagraha berganti nama Rumah menjadi "sebuah proyek yang unik pernah dicapai di mana saja di dunia", menurut Fabrice Dabouineau, kelompok Afrika direktur. Ini akan menjadi tempat tidur dan sarapan, di mana orang akan mampu menggali prinsip-prinsip Gandhi.

Dirancang oleh arsitek Hermann Kallenbach - teman baik dan pendukung Gandhi - itu disebut Kraal karena gabungan unsur-unsur Afrika dalam sebuah hunian di Eropa, kata Eric Itzkin dalam bukunya, Gandhi Johannesburg. Para pria dibagi dua rondavels dan mematikan antara tahun 1908 dan 1911.

Pada papan untuk perubahan Itzkin, wakil direktur City warisan bergerak, arsitek, Rocco Bosman, dan kurator, Lauren Segal, yang bertanggung jawab untuk pameran Gandhi di Bukit Konstitusi, antara proyek-proyek lainnya.

Rencana telah disajikan ke City, yang telah memberikan persetujuan untuk renovasi dan proyek secara keseluruhan, kata perusahaan. Dabouineau menjelaskan sebagai merehabilitasi dan menciptakan sepotong warisan baru di Johannesburg.

Didier Bayeye, direktur Satyagraha House, mengatakan situs ini penting karena selama waktu di sini bahwa Gandhi "membuat konsep satyagraha". Filosofi berfokus pada memimpin perjuangan tanpa kekerasan, tetapi dengan meditasi, doa dan puasa.
Warisan

"Juga, tidak ada tempat di dunia di mana warisan Gandhi kekal dalam cara ini," ia menekankan. "Di sini, para tamu dapat hidup cara Gandhi ingin hidup - hidup sederhana wisma akan disesuaikan dengan prinsip-prinsipnya.."

Dabouineau menjelaskan bahwa rumah akan dibagi menjadi beberapa bagian: bagian baru akan dibangun dimana para tamu akan dapat menghabiskan malam "dalam suasana yang sangat spesifik". Akan ada sebuah museum yang didedikasikan untuk Gandhi, satyagraha dan ke Afrika Selatan.

Dalam semua, akan ada delapan kamar di properti, serta taman meditasi dan perpustakaan spiritual berorientasi. Makanan vegetarian akan dilayani. Sesuai dengan panggilan Gandhi untuk kesederhanaan, tidak akan ada wifi, tidak ada televisi, tidak ada kolam renang - pada kenyataannya, tidak ada hiburan sama sekali akan diberikan, "kecuali hak istimewa berjalan dan hidup di jalan Gandhi".

Bagi mereka yang tidak bisa hidup tanpa komunikasi modern, Bayeye menambahkan: "Jika seorang tamu memiliki laptop dan tongkat 3G, maka ia dapat menggunakannya dalam kamarnya Tapi tidak di seluruh rumah atau taman.."

Furniture akan disesuaikan dengan waktu. Meskipun tidak akan menjadi asli, bantuan telah dicari dari spesialis antik untuk memastikan perabotan akan didasarkan pada awal abad 20. Ini akan menjadi nyaman, Bayeye kata, tapi mewah tidak modern.

Bangunan mulai pada awal September, dengan diharapkan selesai dalam waktu sekitar enam bulan. Hal ini dijadwalkan untuk membuka sebelum akhir April 2011.

Satu bagian dari rumah asli akan didedikasikan untuk ruang pameran, perpustakaan dan ruang meditasi, Bayeye menjelaskan. Ada juga tiga kamar sudah di sini.

Penambahan

Struktur utama yang ditambahkan luar pondok, yang akan menambah tiga kamar tidur, dan dapur. Sudah ada sebuah pondok dengan dua kamar.

Ini akan menjadi family suite, sementara semua kamar akan en-suite. Ini tidak akan memasak sendiri, bukan bekerja pada tempat tidur dan prinsip sarapan.

Bosman, yang merupakan spesialis warisan dengan latar belakang arsitektur, mengatakan rumah asli tidak akan berubah, kecuali untuk membatalkan perubahan yang dibuat berikutnya untuk meninggalkan Gandhi. Sebagai contoh, jendela atap yang ditambahkan akan dikembalikan ke aslinya. "Ini adalah restorasi," katanya, bukan renovasi.

Arsitektur baru dari luar kamar benar-benar bersahaja. Tidak ada hiasan di bangunan kontemporer. "Mereka sangat berbeda dari rondavels. Mereka sangat polos, sangat modernis, sehingga Anda dapat melihat dengan jelas asli," menekankan Bosman.

"Sangat penting untuk dapat membaca sejarah."

Museum

Museum ini sedang dirancang dan dikuratori oleh spesialis lokal, termasuk Itzkin, yang mengkurasi pameran permanen, Johannesburg: tempat kelahiran Satyagraha, di Museum Afrika dan Segal, yang mengkurasi pameran, 466/64 - Sebuah Tawanan di Taman untuk Mandela Yayasan dan Gandhi: Sebuah Tawanan Hati Nurani di Bukit Konstitusi, antara proyek-proyek besar lainnya.

Keduanya bekerja sama pada pengembangan, dan Dabouineau mengatakan Itzkin adalah "berkonsultasi pada setiap keputusan yang dibuat".

Segal menjelaskan bahwa pameran ini akan menjadi potret jauh lebih intim Gandhi dan Kallenbach dan hubungan mereka. Ini akan berbeda dari pameran Bukit Konstitusi, yang berfokus pada tahun penjara Gandhi.

"Itu adalah periode yang sangat mani baik dalam kehidupan mereka," jelasnya. "Ada perubahan yang mendalam dalam hidup mereka pada waktu itu, dalam diet, dalam politik, spiritual."

Dia juga akan fokus pada pengaruh Tolstoy, penulis Rusia, pada dua laki-laki. Ini adalah waktu yang selama ini mereka mendirikan Pertanian Tolstoy, di selatan Johannesburg, untuk menempatkan prinsip-prinsip ini dalam praktek.

Artefak diharapkan datang dari keluarga Kallenbach di Israel. Arsitek pindah ke Israel setelah akhir Perang Dunia Kedua, membawa bersamanya banyak alat-alat yang telah dibuat di Afrika Selatan, surat-surat dan buku harian. "Ini adalah hal-hal berharga yang kita berharap untuk kembali ke Afrika Selatan," kata Segal.

Script untuk museum sedang ditulis dalam beberapa bulan berikutnya, ketika detil yang lebih spesifik akan muncul.

Dengan dukungan dari kelompok-kelompok Indian konsul jenderal dan berbagai di India, perusahaan percaya wisma akan sukses.

"Di dalam ada kebisingan ada Hal ini sangat berbeda dari luar.. Ada vegetasi keajaiban di taman," kata Bayeye, mengacu pada lalu lintas di Jalan Louis Botha di dekatnya, tapi mungkin juga tidak sadar dengan kesederhanaan damai yang dianut Gandhi.

Sumber: Kota Johannesburg
Di kutib dari : http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.southafrica.info/about/arts/

Read More......

Ilustrasi 3d Kubus

Back To Nature (Nggowes)

Dengan bersepeda kita bisa mendapatkan tubuh yang sehat, pikiran bisa fresh bila kita bisa merasakan dan menikmati indahnya alam dengan udara segar, tentunya bersepeda di lokasi yang jauh dari polusi udara (misalnya Keliling desa demi desa atau di pegununungan). Semuanya itu ada petunjuk sebagai Tip dan Trik bersepeda agar terasa nyaman, Untuk mendapatkan informasi-informasi tentang bersepeda, perawatan sepeda, berita sepeda, berbagai jenis sepeda dan asesorisnya silahkan berkunjung ke situs webblog tentang sepeda. Selengkapnya
review goresanwarnasenibudaya.blogspot.com on alexa.com

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by Goresan Warna

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger